Halaman

Jumat, 15 Juni 2012

UN dan Kejujuran

Saya menemukan sebuah tulisan ketika mampir ke sebuah group di facebook, sebuah mengenai UN, yah saya bukan orang yang setuju dengan adanya UN terlalu banyak kebohongan di dalamnya dan juga saya sedikit merasakan keluh kesah dari ibu saya yang seorang guru mengenai dampak UN bagi siswanya. Siswa semakin malas belajar pernah suatu hari ibu saya bercerita mengenai seorang temannya sesama guru yang tidak sengaja mendengar percakapan muridnya, "ngapain belajar, toh nanti UN dapat SMS jawaban kok", yah banyak yang tidak peduli lagi arti pendidikan yang sebenarnya. Mungkin sekarang mereka tidak merasakan dampak apa-apa, tapi bagi negara kelak ini merupakan hal besar, apa jadinya jika satu generasi tidak berilmu? generasi yang hanya mementingkan nilai, generasi inilah yang nantinya akan menggadaikan negaranya demi materi.

semoga tulisan yang saya dapatkan bermanfaat juga bagi yang membaca...

 

Antara Uranium, Emas, dan Tembaga.

by Wildan Trusaji on Monday, 4 June 2012 at 22:59 ·
Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga
Pendidikan mempunyai tujuan mulia yaitu membantu peserta didik untuk menjadi lebih siap dalam bermasyarakat di masa yang akan datang. Pendidikan juga haruslah memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai nilai-nilai moral dan kebenaran

Sedangkan pengajaran itu lebih mudah. Pengajaran ialah sebuah proses membuat peserta ajar yang asalnya tidak bisa menjadi bisa. Proses pengajaran hanya melihat titik akhir saja. Proses tidak terlalu dipedulikan. Terkadang nilai nilai pendidikan malah dikorbankan hanya demi pengajaran.

Salah satu contoh pihak yang mengorbankan nilai nilai pendidikan demi hanya pengajaran ialah pemerintah. Pemerintah melalui kebijakan Ujian Nasional telah mengorbankan nilai nilai agung kependidikan untuk sebuah pengajaran saja.

Coba bayangkan betapa ironisinya keadaan institusi pendidikan kita. Sikap jujur yang seharusnya ditanamkan, dididik semenjak manusia masih kecil malah digerus oleh sistem Ujian Nasional ini. Kita dengar ada oknum guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswanya. Ada juga oknum guru yang memaksa murid pintar di kelasnya untuk memberikan jawaban. Ada juga murid yang mengumpulkan uang patungan dari kawannya demi dapat kunci jawaban. Ini intitusi pendidikan atau intitusi pembejatan?

Nilai agung pendidikan, memberikan pemahaman moral dan kebenaran telah di jual oleh pemerintah untuk membeli keberhasilan pengajaran yang semu. Apa yang dipikirkan oleh pemimpin kita saat ini? apakah mereka memimpin tanpa ilmu? atau jangan-jangan mereka itu orang terpelajar yang tidak terdidik?

Hal itu membuat masyarakat yang terpelajar dan terdidik resah.esah. Mereka tidak tinggal diam dan berkeluh kesah, mereka menyisingkan lengan baju untuk berani merubah keadaan. Munculnya gerakan mantep gan ialah salah satu bukti bahwa Indonesia masih mempunyai manusia yang terpelajar dan terdidik. Semangat optimisme hadir bersamaan dengan banyak tumbuhnya gerakan sosial dari masyarakat yang terpelajar dan terdidik. Tapi untuk mengubah Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan sebagian kecil warganya. Kita semua harus bersatu demi Indonesia yang lebih baik. Demi pendidikan anak cucu kita yang lebih baik

Kita ialah yang terpelajar dan terdidik. Karena itulah kita mempunyai kekuatan sekaligus tanggungjawab terbesar untuk mengurusi bangsa ini. Wahai pemuda bangsa yang terpelajar dan terdidik, Terpanggilkah hati kita untuk ikut berkontribusi?

Menjadikan Tembaga Semurni Emas
"Menjadikan Tembaga Semurni Emas" ialah tulisan lanjutan dari tulisan yang berjudul "Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga". Dalam "Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga" penulis memaparkan mengenai urgensi pendidikan dan kritik terhadap pemerintah mengenai sikap pemerintah yang mengorbankan esensi pendidikan dengan memberlakukan sistem Ujian Nasional.

Dalam tulisan tersebut tidak ada saran dan solusi dari penulis mengenai sistem UN yang telah ada. Akan sangat terasa tidak bertanggung jawab jika penulis mengkritik tanpa memberikan alternatif pemecahan. Untuk itulah tulisan "Menjadikan Tembaga Semurni Emas" ini ada, untuk memberikan sebuah solusi demi Indonesia yang lebih baik.

Apa inti masalah sistem Ujian Nasional?
Iwan Pranoto, Ph.D, seorang Guru Besar Matematika, penulis 'Buku Hitam Ujian Nasional' pernah bercerita mengenai pandangannya terhadap UN dalam sebuah seminar yang penulis hadiri di UPI pada hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012. Belliau dalam seminar tersebut berpendapat seperti ini

Secara filosofis, ada 3 tipe ujian yang dipisahkan berdasarkan fungsi dari ujian tersebut.

Tipe ujian pertama ialah ujian yang berfungsi sebagai pemataan kemampuan peserta uji (pre-test). Ujian tipe pertama ini didesain untuk mengukur kemampuan awal peserta ujian. Hasil ujian tersebut digunakan sebagai masukan bagi penilai untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan peserta uji sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang terbaik. Contoh ujian tipe pertama ialah tes minat bakat

Tipe ujian kedua ialah ujian yang berfungsi sebagai sarana evaluasi hasil proses pembelajaran. Ujian ini didesain untuk menyaring peserta ujian yang benar benar tidak mengalami proses belajar. Artinya output yang dituju dari ujian ini ialah menyaring peserta yang bernilai sangat rendah saja. Ujian ini tidak dapat membedakan secara presisi mana peserta yang bisa, sangat bisa, paham dan sangat paham. Karena soal soal di ujian tipe kedua ini didesain dengan rata-rata tingkat kesulitan sedang hingga ke mudah. Ciri ujian tipe kedua ini ialah adanya batas bawah nilai yang harus dilewati oleh seluruh peserta ujian. Jika tidak melewati batas bawah tersebut peserta dapat melakukan remedial atau mengulang pelajaran tersebut. Selain itu ciri tipe ujian kedua ialah pengawasan yang tidak ketat. Karena kecurangan satu peserta hanya merugikan peserta yang curang saja. peserta lain tidak mengalami kerugian yang berarti karena penilaian tidak dirangking. Contoh tipe ujian kedua ialah UAS (Ujian Akhir Semester).

Tipe ujian ketiga ialah ujian yang berfungsi sebagai sarana menyeleksi. Ujian ini dapat mengurutkan kemampuan peserta uji dari yang terbaik hingga terburuk. Soal soal ujian ini didesain dengan tingkat kesulitan sulit hingga sedang. Hal tersebut dilakukan agar ada perbedaan nilai yang signifikan diantara peserta yang bisa, sangat bisa, paham dan sangat paham. Ujian ini presisi dalam membedakan kemampuan antar peserta. Ciri-ciri dari ujian ini ialah adanya ranking peserta dan quota peserta yang diterima. Pengawasannya pun sangat ketat, karena kecurangan satu peserta akan merugikan pada peserta lain. Contoh tipe ujian ketiga ini ialah SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

Ketiga fungsi tersebut tidak bisa disatukan dalam satu ujian yang sama. Karena setiap fungsi tersebut membutuhkan desain soal dan sistem penilaian yang berbeda. Nah, Kesalahan fundamental UN ialah UN menggabungkan fungsi no 2 (fungsi evaluatif) dan fungsi no3 (fungsi seleksi) dalam satu ujian.
Apa buktinya?
1. soal UN didesain dengan tingkat kesulitan sedang hingga mudah
2. pengawasan pelaksanaan UN kurang ketat
3. nilai hasil UN digunakan untuk seleksi masuk ke SMP dan SMA. (bahkan isu sekarang yang beredar ialah nilai UN digunakan untuk seleksi masuk PTN)

apa dampaknya?Peserta berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai UN yang sebaik mungkin demi dapat masuk SMP/SMA idaman. Hal itu berdampak buruk dikarenakan sistem pengawasan yang tidak ketat, akibatnya banyak kecurangan yang terjadi.

Peserta mengalami dilema yang sangat tinggi. Jika ia jujur maka akan tersingkirkan rangkingnya oleh orang yang tidak jujur dan ia tidak dapat masuk ke SMP/SMA idaman. Jika ia tidak jujur maka ia telah melukai makna pendidikan itu sendiri, membohongi diri sendiri.

Parahnya dilema ini dirasakan oleh 10.408.562 siswa per tahun. Pantas saja pemuda galau semakin marak belakangan ini. Dan semua kedilemaan 10 juta siswa ialah akibat tidak terdidiknya pemerintah yang membuat sistem UN ini.
Pemerintah pun punya alasan dilaksanakannya UN ini. Alasan pemerintah menyatukan fungsi evaluatif dan seleksi dalam UN itu hanyalah satu. Ujian seleksi dan ujian evaluatif disatukan agar menghemat biaya operasional.

Masuk akalkah?? tidak sodara sodara. Coba bayangkan dari 10 juta siswa itu kita hitung hanya 1% saja yang membeli soal, berarti akan ada 100 rbu siswa yang tidak jujur. Siswa yang tidak jujur tersebut mempunyai nilai sangat tinggi sehingga mereka diterima di SMP/SMA/PTN terbaik. Karena mereka mendapatkan fasilitas pendidikan yang terbaik maka mereka akan semakin pintar dan menggilas orang orang yang jujur.

Saya prediksikan kelak dari 100 rbu siswa pintar yang tidak jujur itu sebanyak 1% akan menduduki jabatan di pemerintah. Sehingga nanti akan ada seribu orang pintar yang tidak jujur (koruptor handal) per tahun yang menjabat di pemerintah. Jika setiap orang mengkorupsi uang negara sebanyak 5 juta saja per tahun maka kerugian negara telah mencapai 5 Miliar rupiah per tahun. Saya yakin kerugian 5M itu lebih besar dibandingkan biaya pelaksanaan SNMPTN atau pun tes seleksi setelah pelaksanaan UN. Lagian peserta SNMPTN disuruh bayar biaya SNMTPN lagi kan???

Bagaimana Solusinya?
Jika tahu inti permasalahannya maka solusinya pun akan mengakar dan akan terlihat visible. Solusi tersebut ialah

Pisahkan fungsi seleksi dengan fungsi evaluasi dalam Ujian Nasional. Jangan jadikan nilai UN sebagai syarat masuk SMP/SMA/PTN. Nilai Ujian Nasional hanya dapat digunakan sebagai syarat lulus/tidak lulus saja.

Jika pemerintah mendisain UN sebagai sarana evaluatif saja maka kecurangan tidak akan merebak seperti saat ini. Peserta tidak akan merasakan dilema apakah ia harus curang atau tidak. Karena ia tidak perlu bersaing dengan nilai orang lain. Dia hanya perlu bersaing dengan diri sendiri. bukankah musuh terbesar ialah diri sendiri?
Penulis yakin ketika nilai UN tidak dijadikan syarat masuk SMP/SMA/PTN maka nilai luhur pendidikan akan semakin tercapai. Karakter yang luhur budi, berkeagamaan, bermoral dan jujur ialah tujuan pendidikan.

Just A Wild Rain
Deputi Pendidikan Kebijakan Nasional Kabinet KM ITB 2012-2013
4 Juni 2012

 sumber
https://www.facebook.com/notes/wildan-trusaji/antara-uranium-emas-dan-tembaga/10150969216550379


Tidak ada komentar:

Posting Komentar