Halaman

Jumat, 15 Juni 2012

UN dan Kejujuran

Saya menemukan sebuah tulisan ketika mampir ke sebuah group di facebook, sebuah mengenai UN, yah saya bukan orang yang setuju dengan adanya UN terlalu banyak kebohongan di dalamnya dan juga saya sedikit merasakan keluh kesah dari ibu saya yang seorang guru mengenai dampak UN bagi siswanya. Siswa semakin malas belajar pernah suatu hari ibu saya bercerita mengenai seorang temannya sesama guru yang tidak sengaja mendengar percakapan muridnya, "ngapain belajar, toh nanti UN dapat SMS jawaban kok", yah banyak yang tidak peduli lagi arti pendidikan yang sebenarnya. Mungkin sekarang mereka tidak merasakan dampak apa-apa, tapi bagi negara kelak ini merupakan hal besar, apa jadinya jika satu generasi tidak berilmu? generasi yang hanya mementingkan nilai, generasi inilah yang nantinya akan menggadaikan negaranya demi materi.

semoga tulisan yang saya dapatkan bermanfaat juga bagi yang membaca...

 

Antara Uranium, Emas, dan Tembaga.

by Wildan Trusaji on Monday, 4 June 2012 at 22:59 ·
Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga
Pendidikan mempunyai tujuan mulia yaitu membantu peserta didik untuk menjadi lebih siap dalam bermasyarakat di masa yang akan datang. Pendidikan juga haruslah memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai nilai-nilai moral dan kebenaran

Sedangkan pengajaran itu lebih mudah. Pengajaran ialah sebuah proses membuat peserta ajar yang asalnya tidak bisa menjadi bisa. Proses pengajaran hanya melihat titik akhir saja. Proses tidak terlalu dipedulikan. Terkadang nilai nilai pendidikan malah dikorbankan hanya demi pengajaran.

Salah satu contoh pihak yang mengorbankan nilai nilai pendidikan demi hanya pengajaran ialah pemerintah. Pemerintah melalui kebijakan Ujian Nasional telah mengorbankan nilai nilai agung kependidikan untuk sebuah pengajaran saja.

Coba bayangkan betapa ironisinya keadaan institusi pendidikan kita. Sikap jujur yang seharusnya ditanamkan, dididik semenjak manusia masih kecil malah digerus oleh sistem Ujian Nasional ini. Kita dengar ada oknum guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswanya. Ada juga oknum guru yang memaksa murid pintar di kelasnya untuk memberikan jawaban. Ada juga murid yang mengumpulkan uang patungan dari kawannya demi dapat kunci jawaban. Ini intitusi pendidikan atau intitusi pembejatan?

Nilai agung pendidikan, memberikan pemahaman moral dan kebenaran telah di jual oleh pemerintah untuk membeli keberhasilan pengajaran yang semu. Apa yang dipikirkan oleh pemimpin kita saat ini? apakah mereka memimpin tanpa ilmu? atau jangan-jangan mereka itu orang terpelajar yang tidak terdidik?

Hal itu membuat masyarakat yang terpelajar dan terdidik resah.esah. Mereka tidak tinggal diam dan berkeluh kesah, mereka menyisingkan lengan baju untuk berani merubah keadaan. Munculnya gerakan mantep gan ialah salah satu bukti bahwa Indonesia masih mempunyai manusia yang terpelajar dan terdidik. Semangat optimisme hadir bersamaan dengan banyak tumbuhnya gerakan sosial dari masyarakat yang terpelajar dan terdidik. Tapi untuk mengubah Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan sebagian kecil warganya. Kita semua harus bersatu demi Indonesia yang lebih baik. Demi pendidikan anak cucu kita yang lebih baik

Kita ialah yang terpelajar dan terdidik. Karena itulah kita mempunyai kekuatan sekaligus tanggungjawab terbesar untuk mengurusi bangsa ini. Wahai pemuda bangsa yang terpelajar dan terdidik, Terpanggilkah hati kita untuk ikut berkontribusi?

Menjadikan Tembaga Semurni Emas
"Menjadikan Tembaga Semurni Emas" ialah tulisan lanjutan dari tulisan yang berjudul "Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga". Dalam "Menggadaikan Uranium Hanya Demi Tembaga" penulis memaparkan mengenai urgensi pendidikan dan kritik terhadap pemerintah mengenai sikap pemerintah yang mengorbankan esensi pendidikan dengan memberlakukan sistem Ujian Nasional.

Dalam tulisan tersebut tidak ada saran dan solusi dari penulis mengenai sistem UN yang telah ada. Akan sangat terasa tidak bertanggung jawab jika penulis mengkritik tanpa memberikan alternatif pemecahan. Untuk itulah tulisan "Menjadikan Tembaga Semurni Emas" ini ada, untuk memberikan sebuah solusi demi Indonesia yang lebih baik.

Apa inti masalah sistem Ujian Nasional?
Iwan Pranoto, Ph.D, seorang Guru Besar Matematika, penulis 'Buku Hitam Ujian Nasional' pernah bercerita mengenai pandangannya terhadap UN dalam sebuah seminar yang penulis hadiri di UPI pada hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012. Belliau dalam seminar tersebut berpendapat seperti ini

Secara filosofis, ada 3 tipe ujian yang dipisahkan berdasarkan fungsi dari ujian tersebut.

Tipe ujian pertama ialah ujian yang berfungsi sebagai pemataan kemampuan peserta uji (pre-test). Ujian tipe pertama ini didesain untuk mengukur kemampuan awal peserta ujian. Hasil ujian tersebut digunakan sebagai masukan bagi penilai untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan peserta uji sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang terbaik. Contoh ujian tipe pertama ialah tes minat bakat

Tipe ujian kedua ialah ujian yang berfungsi sebagai sarana evaluasi hasil proses pembelajaran. Ujian ini didesain untuk menyaring peserta ujian yang benar benar tidak mengalami proses belajar. Artinya output yang dituju dari ujian ini ialah menyaring peserta yang bernilai sangat rendah saja. Ujian ini tidak dapat membedakan secara presisi mana peserta yang bisa, sangat bisa, paham dan sangat paham. Karena soal soal di ujian tipe kedua ini didesain dengan rata-rata tingkat kesulitan sedang hingga ke mudah. Ciri ujian tipe kedua ini ialah adanya batas bawah nilai yang harus dilewati oleh seluruh peserta ujian. Jika tidak melewati batas bawah tersebut peserta dapat melakukan remedial atau mengulang pelajaran tersebut. Selain itu ciri tipe ujian kedua ialah pengawasan yang tidak ketat. Karena kecurangan satu peserta hanya merugikan peserta yang curang saja. peserta lain tidak mengalami kerugian yang berarti karena penilaian tidak dirangking. Contoh tipe ujian kedua ialah UAS (Ujian Akhir Semester).

Tipe ujian ketiga ialah ujian yang berfungsi sebagai sarana menyeleksi. Ujian ini dapat mengurutkan kemampuan peserta uji dari yang terbaik hingga terburuk. Soal soal ujian ini didesain dengan tingkat kesulitan sulit hingga sedang. Hal tersebut dilakukan agar ada perbedaan nilai yang signifikan diantara peserta yang bisa, sangat bisa, paham dan sangat paham. Ujian ini presisi dalam membedakan kemampuan antar peserta. Ciri-ciri dari ujian ini ialah adanya ranking peserta dan quota peserta yang diterima. Pengawasannya pun sangat ketat, karena kecurangan satu peserta akan merugikan pada peserta lain. Contoh tipe ujian ketiga ini ialah SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

Ketiga fungsi tersebut tidak bisa disatukan dalam satu ujian yang sama. Karena setiap fungsi tersebut membutuhkan desain soal dan sistem penilaian yang berbeda. Nah, Kesalahan fundamental UN ialah UN menggabungkan fungsi no 2 (fungsi evaluatif) dan fungsi no3 (fungsi seleksi) dalam satu ujian.
Apa buktinya?
1. soal UN didesain dengan tingkat kesulitan sedang hingga mudah
2. pengawasan pelaksanaan UN kurang ketat
3. nilai hasil UN digunakan untuk seleksi masuk ke SMP dan SMA. (bahkan isu sekarang yang beredar ialah nilai UN digunakan untuk seleksi masuk PTN)

apa dampaknya?Peserta berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai UN yang sebaik mungkin demi dapat masuk SMP/SMA idaman. Hal itu berdampak buruk dikarenakan sistem pengawasan yang tidak ketat, akibatnya banyak kecurangan yang terjadi.

Peserta mengalami dilema yang sangat tinggi. Jika ia jujur maka akan tersingkirkan rangkingnya oleh orang yang tidak jujur dan ia tidak dapat masuk ke SMP/SMA idaman. Jika ia tidak jujur maka ia telah melukai makna pendidikan itu sendiri, membohongi diri sendiri.

Parahnya dilema ini dirasakan oleh 10.408.562 siswa per tahun. Pantas saja pemuda galau semakin marak belakangan ini. Dan semua kedilemaan 10 juta siswa ialah akibat tidak terdidiknya pemerintah yang membuat sistem UN ini.
Pemerintah pun punya alasan dilaksanakannya UN ini. Alasan pemerintah menyatukan fungsi evaluatif dan seleksi dalam UN itu hanyalah satu. Ujian seleksi dan ujian evaluatif disatukan agar menghemat biaya operasional.

Masuk akalkah?? tidak sodara sodara. Coba bayangkan dari 10 juta siswa itu kita hitung hanya 1% saja yang membeli soal, berarti akan ada 100 rbu siswa yang tidak jujur. Siswa yang tidak jujur tersebut mempunyai nilai sangat tinggi sehingga mereka diterima di SMP/SMA/PTN terbaik. Karena mereka mendapatkan fasilitas pendidikan yang terbaik maka mereka akan semakin pintar dan menggilas orang orang yang jujur.

Saya prediksikan kelak dari 100 rbu siswa pintar yang tidak jujur itu sebanyak 1% akan menduduki jabatan di pemerintah. Sehingga nanti akan ada seribu orang pintar yang tidak jujur (koruptor handal) per tahun yang menjabat di pemerintah. Jika setiap orang mengkorupsi uang negara sebanyak 5 juta saja per tahun maka kerugian negara telah mencapai 5 Miliar rupiah per tahun. Saya yakin kerugian 5M itu lebih besar dibandingkan biaya pelaksanaan SNMPTN atau pun tes seleksi setelah pelaksanaan UN. Lagian peserta SNMPTN disuruh bayar biaya SNMTPN lagi kan???

Bagaimana Solusinya?
Jika tahu inti permasalahannya maka solusinya pun akan mengakar dan akan terlihat visible. Solusi tersebut ialah

Pisahkan fungsi seleksi dengan fungsi evaluasi dalam Ujian Nasional. Jangan jadikan nilai UN sebagai syarat masuk SMP/SMA/PTN. Nilai Ujian Nasional hanya dapat digunakan sebagai syarat lulus/tidak lulus saja.

Jika pemerintah mendisain UN sebagai sarana evaluatif saja maka kecurangan tidak akan merebak seperti saat ini. Peserta tidak akan merasakan dilema apakah ia harus curang atau tidak. Karena ia tidak perlu bersaing dengan nilai orang lain. Dia hanya perlu bersaing dengan diri sendiri. bukankah musuh terbesar ialah diri sendiri?
Penulis yakin ketika nilai UN tidak dijadikan syarat masuk SMP/SMA/PTN maka nilai luhur pendidikan akan semakin tercapai. Karakter yang luhur budi, berkeagamaan, bermoral dan jujur ialah tujuan pendidikan.

Just A Wild Rain
Deputi Pendidikan Kebijakan Nasional Kabinet KM ITB 2012-2013
4 Juni 2012

 sumber
https://www.facebook.com/notes/wildan-trusaji/antara-uranium-emas-dan-tembaga/10150969216550379


Sabtu, 09 Juni 2012

Mini Project

Mini Project Psikologi Pendidikan

Disusun oleh:


I.                   PERENCANAAN
A.    Judul
Gambaran Motivasi Berprestasi dengan Penggunaan Smartphone dalam Dunia Pendidikan di Fakultas Psikologi USU Angkatan 2008
B.     Pendahuluan
Di era modern saat ini, teknologi berkembang secara pesat. Teknologi ini jugahampir menyentuh semua aspek kehidupan. Salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah telepon cerdas atau sering kita dengar dengan istilah smartphone.
Telepon cerdas (smartphone) adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi, menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah telepon. (Shiraisihi et al, 2010).
Pengguna smartphone terdiri dari semua kalangan, mulai dari yang muda sampai yang tua. Pengguna smartphone ini semakin berkembang, khususnya mahasiswa. Menurut Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia), layanan data internet kini menjadi bagian dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia mencatat sebagian besar pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan perangkat mereka untuk menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di jejaring sosial, dan saling mengirim surat elektronik. Untuk itu, pengguna telepon pintar akan menghabiskan waktunya untuk menatap pada layar telepon dalam waktu yang lama.Penggunaan smartphone pada mahasiswa ini seringkali terkait juga dengan kebutuhan perkuliahan. Mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda dalam hal kepemilikan smartphone ini, salah satunya motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk  mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain (Sukadji dkk, 2001). Ketika mahasiswa memiliki motivasi berprestasi, tentunya mahasiswa tersebut membutuhkan dukungan eksternal. Dukungan eksternal seperti memiliki smartphone dapat membantu mahasiswa untuk mewujudkan prestasi yang ingin dicapainya.  
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik untuk melihat gambaran motivasi berprestasi dalam menggunakan smartphone di Fakultas Psikologi USU Angkatan 2008.
C.    Landasan Teori
1.      Telepon Cerdas (smartphone)
v  Definisi
Telepon cerdas merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan internet dan fungsi yang luas termasuk fitur-fitur PDA (Personal Digital Assistant) seperti membaca e-mail, kemampuan membaca buku elektronik (e-book), chatting/instant messaging serta mempunyai banyak aplikasi. (Anderson,2004)
v  Fungsi-Fungsi Telepon Cerdas
Telepon Cerdas menawarkan akses langsung baik ke informasi yang dipublikasikan maupun sistem jaringan perusahaan seperti intranet. Ketersediaan global dari jaringan telepon broadband dan aplikasi-aplikasi dapat mengubah penyampaian informasi kepada masyarakat bisnis, hukum dan komunitas peneliti. (White, 2010) Telepon cerdas memiliki fungsi-fungsi antara lain, sebagai aplikasi multimedia dapat digunakan sebagai pemutar musik/music player, memiliki fungsi video kamera dan aplikasi personal lainnya. Untuk produktivitas profesional dan personal dapat dipakai untuk membuka aplikasi instant messaging/chatting dan jejaring sosial, membaca E-mail pribadi, memiliki kemampuan navigasi/GPS (Global Positioning System) dan memiliki akses internet. Untuk produktivitas bisnis, digunakan untuk membaca E-mail, membuka aplikasi bisnis, melakukan Voice calling atau Corporate messaging. Telepon cerdas juga memiliki kemampuan manajemen dan implementasi policy, gampang digunakan, dan dapat mengatur dan mengontrol aplikasi. Telepon cerdas juga memiliki keunggulan dalam hal keamanan karena dapat menghapus data dari jauh serta enkripsi dan manajemen data. (Signorini,2010)
2.      Motivasi Berprestasi
v  Defenisi
Menurut  McClelland (dalam Sukadji dkk,2001) motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan baik berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.
Murray (dalam Widyastono, 2006) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan suatu tugas yang sulit atau dorongan untuk mengatasi rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, serta bersaing melalui usaha untuk melebihi perbuatan yang lampau atau mengungguli orang lain.
Berdasarkan pemaparan di atas, motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing sehingga individu selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan baik berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.
v  Karakteristik Individu yang memiliki motivasi berprestasi
McClelland (1987) mengemukakan beberapa karakteristik individu dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah, yaitu:
a.       Pemilihan tingkat kesulitan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderate task difficulty), sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi atau sangat rendah. Banyak studi empiris menunjukkan bahwa subjek dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah, karena individu berkesempatan untuk membuktikan bahwa ia mampu melakukan sesuatu dengan lebih baik (McClelland, 1987).
Weiner (dalam McClelland, 1987) mengatakan bahwa pemilihan tingkat kesulitan tugas berhubungan dengan seberapa besar usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kesuksesan. Tugas yang mudah dapat diselesaikan oleh semua orang, sehingga individu tidak mengetahui seberapa besar usaha yang telah mereka lakukan untuk mencapai kesuksesan. Tugas sulit membuat individu tidak dapat mengetahui usaha yang sudah dihasilkan karena betapapun besar usaha yang telah mereka lakukan, namun mereka mengalami kegagalan.
b.       Ketahanan atau ketekunan (persistance) dalam mengerjakan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan lebih bertahan atau tekun
dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus mencoba menyelesaikan tugas, sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki ketekunan yang rendah. Ketekunan individu dengan motivasi berprestasi rendah terbatas pada rasa takut akan kegagalan dan menghindari tugas dengan tingkat kesulitan menengah.
c.        Harapan terhadap umpan balik (feedback)
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu mengharapkan umpan balik (feedback) atas tugas yang sudah dilakukan, bersifat konkret atau nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan. Individu dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengharapkan umpan balik atas tugas yang sudah dilakukan. Bagi individu dengan motivasi berprestasi tinggi, umpan balik yang bersifat materi seperti uang, bukan merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik, namun digunakan sebagai pengukur keberhasilan.
d.       Harapan atas hadiah (reward)
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi tidak mengharapkan hadiah (reward) dalam menyelesaikan sebuah tugas. Individu lebih tertarik untuk merasakan kepuasan intrinsik (intrinsic satisfaction), seperti menunjukkan kecerdasan atau memperlihatkan kemampuan di hadapan orang lain daripada mengharapkan hadiah. Individu dengan motivasi berprestasi rendah mengharapkan hadiah (reward) yang bersifat penerimaan dari lingkungan sosial, pujian, uang atau barang.
e.       Kemampuan dalam melakukan inovasi (innovativeness)
Inovatif dapat diartikan mampu melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan menyelesaikan tugas dengan lebih baik, menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya, menghindari hal-hal rutin, aktif mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, serta cenderung menyukai hal-hal yang sifatnya menantang daripada individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
v  Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:
a.       Harapan orang tua terhadap anaknya
Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi.
b.      Pengalaman anak pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang. Hal ini biasanya dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama melalui interaksi dengan orang tua maupun figur lain.
c.       Latar belakang budaya tempat anak dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.
d.      Peniruan tingkah laku (modelling) anak terhadap figur lain
Melalui ”observational learning” anak meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.
e.       Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Lingkungan belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, member semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
D.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
·         Kompter/laptop
E.     Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa Psikologi USU angkatan 2008. Sampel dipilih melalui tehnik incidental sampling. Dalam sampling ini hanya individu-individu atau group-group yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diteliti (Hadi, 2004).
F.     Proses Analisa
Analisa menggunakan survey online melaluli www.kwiksurvey.com
G.    Kalkulasi Biaya
Mini Project ini tidak menggunakan biaya dikarenakan dilakukan secara online.
II.                PELAKSANAAN
A.    Sistematis Pelaksanaan
1.      Penentuan tema
Penentuan tema dilakukan pada tanggal 6 April 2012. Setelah kelompok melakukan diskusi akhirnya memutuskan memilih tema “Peran Teknologi sebagai Media Belajar pada Mahasiswa”.
2.      Pembuatan rancangan proyek
Rancangan proyek disusun pada tanggal 20 April 2012. Disini kelompok mulai menyusun rancangan, mulai dari menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan kapan akan dillakukan.
3.      Pembuatan aitem survey
Pada tanggal 11 Mei 2012, kelompok menyusun aitem survey yang akan dilakukan
4.      Penyebaran survey
Penyebaran survey dilakukan pada media online, yaitu jejaring sosial facebook pada group Psikologi 2008 mulai dari tanggal 18 Mei 2012 sampai 1 juni 2012.
5.      Pengumpulan hasil survey
Pengumpulan hasil survey dilakukan pada 4 juni 2012
6.      Analisis hasil survey
Analisis dilakukan pada tanggal 4 juni 2012, kemudian melakukan evaluasi
7.      Pembuatan laporan
Pembuatan laporan dilakukan pada 6 Juni 2012, dengan mengumpulkan semua data yang telah diperoleh
8.      Pembuatan poster
Pembuatan poster dilakukan pada 6 Juni 2012.
III.             PELAPORAN DAN EVALUASI
A.    Hasil
No
Pernyataan
Jawaban
Ya
Tidak
1
Apakah anda memiliki telepon seluler?
100% (60)
-
                        
1
2
>2
2
Berapa banyak telepon seluler yang anda miliki sekarang?
38,98% (23)
45,76% (27)
15,25% (9)
Ya
Tidak
3
Apakah anda memiliki telepon cerdas (seperti, Blackberry, Android OS, iPhone, Windows OS, Palm)?
100% (60)
-
1
2
>2
4
Berapa banyak telepon cerdas yang anda miliki?
71,67% (43)
15% (9)
13,33% (8)
Layar Sentuh
Keypad Biasa
Keypad Qwerty
5
Jenis telepon cerdas seperti apakah yang anda miliki?
26,67% (16)
13,33% (8)
60% (36)
< 6 Bulan
1-2  Tahun
>2 Tahun
6
Sudah berapa lama anda memiliki telepon cerdas?
13,33% (8)
41,67% (25)
45% (27)
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
7
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk mengakses internet?
73,33% (44)
25% (15)
1,67% (1)
8
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk chatting/instant messaging?
75% (45)
21,67% (13)
3,33% (2)
9
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk mengakses jejaring sosial (facebook, twitter, myspace,dll.)?
80% (48)
20% (12)
-
10
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk bermain games?
33,33% (20)
31,67% (19)
35% (21)
11
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda saat melakukan aktivitas lain?
63,33% (38)
33,33% (20)
3,33% (2)
12
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda (membuka situs internet, chatting, dll.) saat sedang melakukan pekerjaan sekolah ( mengerjakan pekerjaan rumah, belajar)?
56,67 % (34)
41,67% (25)
1,67% (1)
13
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda (membuka situs internet, chatting, dll.) saat sedang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas?
41,67% (25)
45% (27)
13,33% (8)
14
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda (membuka situs internet, chatting, dll.) saat sedang membawa kendaraan(baik pada saat kendaraan bergerak, ataupun saat berhenti)?
23,33% (14)
43,33% (26)
33,33% (20)
15
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk mengakses situs porno?
5% (3)
15% (9)
80% (48)
16
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk mengakses berita?
33,33% (20)
50% (30)
16,67% (10)
17
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda untuk mencari referensi tugas sekolah?
60% (36)
31,67% (19)
8,33% (5)
18
Apakah anda pernah menggunakan telepon cerdas anda (seperti untuk mengakses internet, chatting/instant messaging, bermain games, dll) sampai larut malam?
43,33% (26)
38,33 (23)
18,33% (11)
19
Apakah anda pernah merasa pekerjaan anda terganggu akibat menggunakan telepon cerdas?
16,67% (10)
43,33% (26)
40% (24)
20
Apakah anda merasa prestasi akademis anda (nilai ujian) mengalami penurunan setelah menggunakan telepon cerdas?
1,67% (1)
26,67% (16)
71,67% (43)






B.     Evaluasi
Berdasarkan hasil survey diatas, 100% dari sampel memiliki telepon cerdas (smartphone). Tidak hanya memiliki 1, namun 13,33% atau 8 orang sampel memiliki lebih dari 2 smartphone. Penggunaan smartphone ini tidak sebatas mendukung hobi, namun juga digunakan untuk keperluan perkuliahan, seperti pencarian tugas-tugas kuliah, atau menggunakan fitur-fitur chating untuk berdiskusi seputar perkuliahan.
Berdasarkan hasil survey diatas, meskipun para pengguna smartphone  sudah menggunakan smartphone terkait dengan kebutuhan kuliah, namun masih diperlukan penggunaan yang lebih bijak lagi. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa sampel yang belum bisa dikatakan sebagai pengguna yang cerdas, mereka menggunakan smartphone untuk hal-hal yang tidak tepat.
Adanya smartphone tentunya dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan motivasi berprestasi, karena smartphone  memudahkan mahasiswa untuk mencari segala informasi yang berguna untuk meningkatkan prestasinya, oleh karena itu jadilah mahasiswa yang bijak dalam menggunakan smartphone sehingga dapat meningkatkan prestasi.
C.    Testimoni
1.      Rica Amelia (08-044)
Senang sekali rasanya saya telah selesai mengerjakan mini project ini, walaupun mini project seperti ini pernah saya lakukan di semester – semester yang lalu, tetapi hal tersebut membuat saya semakin banyak pengalaman dalam membuat suatu penelitian. Metode ini sangat baik untuk persiapan saya dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dan juga saya berharap dengan penelitian yang saya lakukan ini banyak manfaat yang bisa didapatkan, baik itu untuk diri saya sendiri dan bagi orang-orang lain yang membaca hasilnya. Tidak lupa juga saya ucapkan  banyka terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Psikologi Pendidikan ibu Dina, yang telah memberi  kami suatu tugas yang bersifat aplikatif yang tentunya sangat bermanfaat bagi kami selaku para mahasiswa.
2.      Husna Astria (08-046)
Dalam pengerjaan tugas kali ini kami melalukannya secara online
dikarenakan sulitnya menemukan jadwal yang tepat jika kami melakukan
kunjungan secara langsung ke sekolah, belum lagi masalah izin yang
kami pikir akan menyita waktu sehingga diputuskan lah untuk
menyebarkan survey online, tapi ternyata survey yang kami lakukan
secara online juga tidak lebih mudah dari mengunjungi langsung
sekolah, kami harus menunggu hasil dari teman-teman yang bersedia,
untuk saya mengucapkan terimakasih untuk teman-teman yang bersedia
membantu kami.
Mini project ini membantu mahasiswa dalam mengasah
kemampuannya untuk bekerja dalam sebuah tim, juga kemampuan berpikir
kreatif di sini mahasiswa diminta untuk menyajikan hasil berupa poster dan bagaimana poster tersebut dibuat semenarik mungkin dan bagaimana ketika orang melihat poster yang dibuat mengerti maksud dari poster tersebut.
3.      Sari Amanda (08-112)
Tugas ini memberikan pengalaman baru bagi saya. Walaupun sudah pernah melakukan beberapa penelitian sebelumnya, tugas ini terasa berbeda karena menggunakan metode survey yang  baru saya pelajari di mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, topik smartphone masih sangat menarik untuk diteliti karena merupakan topik yang terus berkembang khususnya di kalangan mahasiswa, dan sekarang saya menjadi paham mengenai motivasi berprestasi dikalangan mahasiswa dalam penggunaan smartphone. Saya juga mengucapkan kepada bu Dina atas pengalaman baru saya ini.
D.    Poster
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P., Blackwood A., 2004. Mobile and PDA technologies and their future use in education. Bristol: JISC Technology and Standards Watch.
Gellerman,Saul,W,. (1984). Motivasi dan produktivitas. Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta : Penerbit Andi.
McCelland,D.C.(1987). Human motivationI. New York : The Press Syndicate of The University of Cambridge.
Ninawati.(2002). Motivasi berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol 4, No 8.77-78
Shiraishi, Y., Ishikawa, D., Sano, S., Sakurai, K., 2010. Smartphone Trend and Evolution in Japan. Tokyo: Mobile Computing Promotion Consortium.
Signorini, E., Hochmuth, P., 2010. Consumerization of the Mobile Enterprise. Boston: Yankee Group.
Sukadji, Soetarlinah & Evita E. Singgih-Salim (2001). Sukses di Perguruan Tinggi (Edisi Khusus). Depok: Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
White, M., 2010. Information anywhere, any when: The role of the smartphone. Business Information Review 2010 27, 242-47