Halaman

Kamis, 17 November 2011

BAB II

Ruang Lingkup Bimbingan

Bimbingan sebagai “Bantuan”

Makna dan Tujuan Pelayanan Bimbingan-Konseling

istilah Bimbingan dan Konseling sebagaimana digunakan dalam literatur profesional di Indonesia, merupakan terjemahan dari kata Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris.

Dalam kamus bahasa Inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal guide yang diartikan sebagai menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan nasihat (giving advice). Istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan diatas, akan muncul dua pengertian yang agak mendasar, yaitu :

a) Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.

b) Mengarahkan menuntun kesuatu tujuan.

Literatur profesional tentang guidance dan bimbingan dipelajarai secara cermat, akan jelaslah bahwa kedua pengertian itu ditolak sebagai pengertian yang khas bagi guidance dan bimbingan. Maka untuk menangkap arti yang sebenarnya perlu dilihat apa yang dikatakan oleh para ahli dalam literatur profesional, lebih-lebih defenisi apa yang mereka berikan pada guidance dan bimbingan. Sayangnya, dalam literatur itu tidak akan ditemukan suatu defenisi yang dipegang teguh oleh semua pengarang.

Perbedaan yang paling menonjol menyangkut sudut pandang apakah bimbingan terutama dilihat sebagai sikap dasar seseorang untuk menawarkan jasanya membantu orang lain; ataukah terutama dipandang sebagai kumpulan sebuah proses, prosedur, cara serta teknik untuk memberikan pelayanan yang efesien dan efektif kepada orang lain.

Tujuan pelayanan bimbingan ialah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan. Tujuan yang demikian sangat luas dalam ruang lingkupnya, karena tidak terbatas pada bidang kehidupan tertentu. Maka, pelayanan bimbingan mempunyai tujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Bantuan yang demikian bersifat psikis atau fisiologis, karena berperan langsung terhadap alam pikiran dan perasaan seseorang serta mendorongnya untuk meninjau dirinya sendiri dan posisinya didalam lingkungan hidupnya. Ciri khas dari bantuan melalui bimbingan terletak dalam tujuan bantuan itu diberikan, yaitu supaya orang perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.

Dalam kamus bahasa Inggris Counseling dikaitkan dengan kata counsel yang diartikan sebagai nasehat, anjuran, pembicaraan. Dengan demikian, Counseling akan diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Kemudian orang yang memberikan nasehat dan informasi yang relevan diberbagai bidang kehidupan, akan menyebut dirinya sebagai konselor.

Kalau literatur profesional tentang counseling dan penyuluhan atau konseling dipelajari secara cermat, akan jelaslah bahwa pengertian “nasehat dan anjuran” ditolak sebagai pengertian yang khas untuk counseing dan penyuluhan/konseling, akan jelaslah pula bahwa pengertian “pembicaraan” hanya diterima sampai pada taraf tertentu.

Maka untuk menangkap arti yang sebenarnya, perlu dilihat apa yang dikemukakan oleh para ahli dalam literatur profesional, lebih-lebih defenisi apa yang mereka berikan pada counseling dan penyuluhan/konseling.

Perbedaan-perbedaan yang muncul dalam beberapa defenisi yang tercantum diatas, sebaiknya dipandang sebagai aspek-aspek dalam konseling, yang semuanya menekankan unsur-unsur tertentu. Menurut pendapat pengarang buku ini, kedua aspek yang paling pokok ialah aspek proses (menunjuk pada kenyataan, bahwa klien mengalami suatu rangkaian perubahan dalam diri sendiri, yang membawa dia dari saat masalah disadari, diungkapkan dan belum ada penyelesaianannya kesaat masalah telah terpecahkan secara memuaskan) dan aspek pertemuan tatap muka (menunjuk pada periode waktu klien berhadapan muka dengan konselor mengenai masalah yang dihadapinya).

Aspek-aspek yang lain, yaitu komunikasi antar pribadi dan tanggapan-tanggapan konselor yang bersifat membantu, merupakan suatu konkretisasi dan perwujudan dari kedua aspek pokok yang dibahas diatas.

2. Orang – Orang yang Dilayani

Ditinjau dari sudut ruang lingkup bimbingan, pelayanan bimbingan tidak terbatas pada beberapa golongan umur tertentu saja, diatas usia yang memungkinkan orang akan sadar akan semua tugas itu, tidak terbatas pada kelompok / golongan ot=rang dengan problematika tertentu saja, tidak terbatas pada lapisan masyarakat tertenttu saja, serta tidak terbatas pada orang-orang dengan struktur kepribadian tertentu saja.

Namun dipandang dari sudut persyaratan dipihak orang yang mendapat pelayanan bimbingan dan konseling, terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :

a) Pertama, orang itu harus sudah sampai pada umur tertentu sehingga dapat sadar akan tugas-tugas itu, kesadaran itu dapat terwujud dalam mengetahui secara refleksif, bahwa segala tugas itu merupakan suatu tantangan demi pengembangan diri sendiri.

b) Orang itu harus dapat menggunakan pikiran dan kemauan sendiri sebagai manusia yang berkehendak bebas, serta harus bebas dari keterikatan yang kuat pada perasaan-perasaannya sendiri sehingga tidak terbawa oleh beraneka perasaan itu.

c) Ketiga, orang itu harus rela untuk memanfaatkan pelayanan bimbingan. Pelayanan bimbingan tidak bisa dipaksakan

d) Keempat, harus ada kebutuhan obyektif untuk menerima pelayanan bimbingan.

B. Bimbingan di Sekolah

1. Mengapa Pelayanan Bimbingan di Sekolah ?

Kalau bimbingan diartikan sebagai proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya, itu berarti bahwa tenaga bimbingan profesional di berbagai lembaga pendidikan melibatkan diri dalam segala usaha membantu siswa dan mahasiswa untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya dewasa ini. Untuk itu perlu tenaga/petugas bimbingan mengenal ruang lingkup kehidupan siswa dan mahasiswa.

Dalam literatur profesional tentang bimbingan digambarkan keadaan masyarakat dewasa ini dan ditunjukkan kondisi konkrit kehidupan masyarakat yang melandasi tuntutan untuk memberikan pelayanan bimbingan di lembaga-lembaga pendidikan.

Dalam kurikulum: pedoman bimbingan diingatkan, bahwa laju pembangunan nasional akan memberikan dampak terhadap dunia pendidikan dan dunia pekerjaan. Berdasarkan alasan-alasan itu dianggap perlu, supaya pelaksanaan bimbingan karir pada semua jenis jenjang pendidikan ditingkatkan. Dalam pedoman pembinaan program bimbingan disekolah juga disebutkan sejumlah faktor yang menimbulkan kebutuhan akan pelayanan bimbingan disekolah. Dalam petunjuk pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk SMA ditegaskan bahwa, sesuai dengan makna pelayanan bimbingan sebagai upaya menopang perkembangan siswa yang optimal, bimbingan dan konseling harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia.

Bila mana tenaga-tenaga bimbingan disekolah menengah dan perguruan tinggi ditanyai mengenai segala masalah aktual yang kerap dihadapi oleh para siswa dan mahasiswa, disebut-sebut aneka bidang permasalah sebagai berikut :

a) Belajar (motivasi belajar kurang sesuai, pilihan program tidak mantap, dsb)

b) Keluarga (suasana di rumah kurang memuaskan, interaksi antar anggota keluarga kurang, dsb)

c) Pengisian waktu luang (tidak punya hobi, tidak tahu cara mengisi waktu luang, dsb)

d) Pergaulan dengan teman sebaya (bermusuhan dengan teman-teman sekelas, pengaruh jelek dari teman-teman, dsb)

e) Pergulatan dalam diri sendiri (rasa iri terhadap terhadap teman, minder, dsb)

2. Sejarah Perkembangan Pelayanan Bimbingan di Sekolah

Pelayanan bimbingan sebagai usaha profesional lahir di amerika serikat dan berkembang dengan pesat sejak awal abad ini. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong perkembangan gerakan bimbingan, sampai mendapat tempat di instansi pendidikan sekolah. Pertama, perhatian terhadap imigran yang datang ke amerika serikat dari kawasan eropa pada awal abad ini dan membutuhkan pekerjaan yang layak supaya dapat maju. Kedua, pengaruh dari agama-agama kristen yang memandang bumi ini sebagai medan pertempuran antara berbagai kekuatan jahat dan beraneka dorongan yang baik. Ketiga, pengaruh dari gerakan kesehatan mental, yang mula-mula memperjuangkan perlakuan yang lebih mausiawi terhadap mereka yang ditampung dalam rumah sakit jiwa dan kemudian memperluas aktivitasnya dengan menciptakan jalur dan saluran untuk membantu warga masyarakat lain yang mengalami gangguan mental yang menggerogoti kebahagiaan hidup. Keempat, perubahan sosial dalam masyarakat akibat dari kedua perang dunia, resesi ekonomi, pengangguran, undang-undang wajib belajar, tumbuhnya kota-kota besar, dan kemajuan teknologi. Kelima, dampak dari gerakan testing psikologis, yang semakin mengembangkan tes-tes sebagai alat yang dapat diandalkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam kepribadian seseorang. Keenam, subsidi fiansial dari pemerintah federal yang memungkinkan sekolah-sekolah untuk mengangkat beberapa konselor sekolah, dalam rangka memulai program pendidikan karier, bimbingan karier, penanggulangan kenakalan remaja, pencegahan penggunaan obat bius, dan prevensi terhadap menularnya berbagai penyakit kelamin. Ketujuh, pengaruh dari terapi nondirektif yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan menggantikan pendekatan otoriter serta paternalistik dengan pendekatan yang menekankan daya-daya kreatif dalam individu sendiri.

Sejarah pelayanan bimbingan sebagai usaha profesional di Indonesia tidak sepanjang sejarah pelayanan bimbingan di amerika serikat, pelayanan ini sejak awal dipusatkan diberaneka lembaga pendidikan sekolah, terutama dijenjang pendidikan menengah. Secara formal pelayanan bimbingan mulai diintrodusir pada awal tahun 1960-an dan mendapat dorongan dari berbagai faktor dalam kehidupan masyarakat, sebagaimana diuraikan dalam bagian terdahulu.

3. Fungsi Pelayanan Bimbingan di Sekolah

Untuk mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional, lembaga pendidikan membina tiga usaha pokok:

a. pengelolaan administrasi

b. pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui program kegiatan intrakulikuler dan kokulikuler

c. pelayanan khusus pada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa dan/atau menunjang kesejahteraan siswa

Fungsi pokok dai pelayanan bimbingan disekolah dapat dirinci atas :

1. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan disekolah, memilih kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik disekolah yang bersangkutan, menentukan program studi kelanjutan yang sesuai baginya setelah tamat dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya dimasa mendatang.

2. Fungsi penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.

3. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga pendidik yang lain disekolah, khususnya pimpinan sekolah dan staf pengajar supaya sesuai dengan kebutuhan para siswa.

Unsur pelaksana di sub bidang bimbingan disebut petugas bimbingan, tenaga bimbingan dan berperanan sesuai dengan fungsi bidang yang mereka pegang. Fungsi bimbingan, sebagaimana diuraikan diatas, masih harus ditinjau lebih lanjut, khususnya dalam kaitannya dengan fungsi bidang pengajaran. Kedua bidang ini mengarah pada tujuan yang sama, yaitu perkembangan optimal bagi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan intitusional, yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

4. Asas – Asas Pelayanan Bimbingan di Sekolah

Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan pertama-tama dan terutama menaruh perhatian pada keseluruhan perkembangan siswa dan mahasiswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang dalam semua aspek kepribadiannya.

b. Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing siswa dan mahasisw, kalau pengajaran berkisar pada pokkok-pokok bahasan dan materi pelajaran tertentu, pelayanan bimbingan tidak terbatas pada materi pembahasan tertentu.

c. Bimbingan mengarah pada suasana dan situasi bekerja sama antara tenaga pendidik yang membimbing dan siswa serta mahasiswa yang dibimbing.

d. Bimbingan berasaskan pengakuan akan martabat dan keseluruhan individu yang dibimbing sebagai manusia yang berdaulat dan berkehendak bebas.

e. Bimbingan bercrak ilmiah dan merupakan ilmu terapan yang mengintegrasikan semua pengetahuan yang telah diperoleh dibanyak bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis, seperti ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, komunikasi, kebudayaan, ekonomi, biologi dan kedokteran.

f. Bimbingan dapat dimanfaatkan oleh semua siswa dan mahasiswa, oleh karena itu pelayanan bimbingan harus tersedia bagi setiap warga yang terdaftar sebagai peserta didik di lembaga pendidikan tertentu.

g. Bimbingan bercirikan sebagai suatu proses, yaitu berlangsung terus menerus, berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak muda serta irama perkembangan masing-masing subyek.

Asas-asas atau prinsip dasar yang diuraikan diatas dapat dijabarkan menjadi sejumlah patokan yang lebih terinci, bila dikaitkan dengan (a) program bimbingan (b) orang yang membimbing (c) subyek yang dibimbing.

5. Kaitan antara Bidang Bimbingan dengan Bidang – Bidang yang Lain dalam Pendidikan Sekolah.

Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari suatu program institusional yang disajikan dilembaga pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah tertentu. Dibawah ini akan dikupas persoalan kaitan antara bidang bimbingan dan bidang administrasi sekolah serta bidang pengajaran di tingkat pendidikan sekolah menengah, dengan memusatkan perhatian pada fungsi suatu bidang dan bukan pada tenaga manusia atau petugas yang berperanan di bidang-bidang itu. Persoalan ini ternyata mendapat bermacam-macam tanggapan dilapangan, antara lain mengenai sampai berapa jauh bidang bimbingan dapat memberikan sumbangan terhadap kedua bidang yang lain, tanpa menghilangkan ciri khas dari pelayanan bimbingan.

a. Kaitan antara Bidang Bimbingan dan Bidang administrasi Sekolah

Yang dimaksudkan dengan bidang administrasi sekolah bukan bidang tata usaha persekolahan, melainkan kepemimpinan disekolah. Tugas pokok administrasi sekolah ialah merencanakan keseluruhan program pendidikan disekolah, mengkoordinasi semua kegiatan pendidikan supaya tujuan institusional tercapai dan mengawasi pelaksanaan dari kegiatan itu.

Administrasi sekolah boleh mengharapkan dari pelayanan bimbingan disekolah supaya, (1) ditaruh perhatian maksimal pada kepentingan masing-masing siswa (2) disampaikan informasi yang diperoleh melalui studi ilmiah tentang kemajuan dan beraneka peningkatan yang dialami oleh para siswa, agar menjadi jelas sampai berapa jauh lembaga pendidikan mencapai tujuan institusionalnya (3) diajukan usul-usul megenai perbaikan suasana umum di sekolah yang ternyata mengurangi rasa gembira dan rasa aman dipihak siswa (4) ditingkatan dan dikembangkan mutu pelayanan bimbingan supaya sesuai dengan persyaratan profesionalitas pelayanan (5) dikembangkan kesadaran pada siswa, bahwa mereka sebagai warga sekolah juga memikul beban tanggung jawab terhadap sekolahnya.

Bidang bimbingan boleh mengharapkan dari administrasi sekolah, supaya (1) ditunjukkan profesionalitas dalam memimpin seluk beluk kegiatan pendidikan yang melibatkan banyak orang (2) diminta pertanggungjawaban tentang program kegiatan bimbingan sampai berapa jauh terintegrasi dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan (3) diminta sumbangan pikiran dari jajaran petugas bimbingan tentang peningkatan mutu program kegiatan pendidikan disekolah (4) diperhatikan sifat khas dari pelayanan bimbingan, sehingga para petugas bimbingan tidak diberi tugas-tugas yang sebenarnya berlawanan dengan sifat khas itu (5) disediakan fasilitas dan sarana administrasi yang memadai (6) dibela terhadap tuduhan semntara guru bahwa petugas bimbingan tidak berhasil dalam mengatasi problematik siswa-siswi yang terlalu nakal (7) diangkat sumber tenaga yang cukup berwenang dan diberikan kesempatan untuk mengikuti penataran dibidang bimbingan (8) dihargai kewajiban moral konselor sekolah untuk menjamin segala rahasia pribadi yang dipercayakan oleh siswa kepadanya.

b. Kaitan antara Bidang Bimbingan dan Bidang pengajaran

Bidang pengajaran menangani kurikulum pengajaran, yaitu seluruh pengalaman belajar siswa yang diperoleh melalui segala bidang studi yang disajikan. Kurikulum pengajaran pun menunjang perkembangan optimal siswa dan seharusnya siswa mendampingi siswa untuk menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan disekitarnya. Namun bidang bimbingan dan bidang pengajaran tidak dileburkan dan tetap mempunyai identitasnya sendiri-sendiri.

Pelayanan bimbingan berfokus pada manfaat dan kegunaan yang dapat diambil oleh siswa dari keseluruhan pengalaman belajar di berbagai bidang studi bagi diri sendiri sebagai pribadi yang menuju ke taraf kedewasaan hidup. Dengan kata lain bidang pengajaran menyajikan sejumlah pengalaman belajar, sedangkan pelayanan bimbingan mengajak siswa untuk berefleksi atas pengalaman belajar itu, apa yang dapat diketahui tentang diri sendiri dalam hal kemampuan, minat, nilai-nilai kehidupan, dan aspirasi dimasa depan.

Singkatnya bidang bimbingan dan bidang pengajaran sebenarnya dan seharusnya berfungsi dalam pengelolaan satu program kegiatan pendidikan disuatu lembaga pendidikan. Kedua bidang itu harus saling menunjang, meskipun kedua bidang itu tetap berdiri sendiri menurut fungsi dasarnya masing-masing.

sumber:

Winkel, W. S & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar