Halaman

Kamis, 17 November 2011

BAB III

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH

Program bimbingan (guidance program), yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu Kegiatan bimbingan mencakup tiga jenis bimbingan, yaitu bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam bimbingan, yaitu masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang tertampung dalam suatu program bimbingan.

A. Model-Model Bimbingan dan Pola-Pola Dasar Pelaksanaan Bimbingan

1. Model-Model Bimbingan

Dalam bukunya Fundamental of Guidance (1981), Shertzer dan Stone menggunakan istilah model, yaitu suatu konseptualisasi yang luas dan bersifat teoritis, namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Dibawah ini diuraikan hal-hal yang inti saja, yang paling relevan untuk masing-masing model.

a) Frank Parsons, yang mendirikan Vocational Guidance di boston, ia menciptakan istilah vocational guidance yang dipandang sebagai salah satu ragam bimbingan. Tiga faktor utama dianggap sangat menentukan dalam memilih suatu bidang pekerjaan yaitu analisis terhadap diri sendiri (kemampuan dan bakat, minat serta temperamen), analisis terhadap bidang pekerjaan (kesempatan, tuntutan, dan prosfek masa depan), serta perbandingan antara hasil kedua analisis tadi untuk menemukan kecocokan antara data tentang diri sendiri dan data tentang bidang-bidang pekerjaan

b) John M. Brewer, berpendapat bahwa tugas pendidikan sekolah adalah memepersiapkan siswa untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian rupa, sehingga bermakna dan memberikan kepuasan seperti bidang kesehatan, bidang kehidupan keluarga, bidang pekerjaan, bidang rekreasi, bidang perluasan pengetahuan, dan bidang kehidupan bermasyarakat.

c) William M. Proctor, mengembangkan model bimbingan yang mengenal 2 fungsi pokok yaitu fungsi penyaluran (distributive function) dan fungsi penyesuaian (adjusmental function).

d) Donal G. Paterson, mengembangkan suatu metode dalam konseling yang dikenal dengan nama metode klinis. menekankan pada perlunya penggunaan teknik ilmiah untuk mengenal konseli

e) Arthur J. Jones, mengembangkan model bimbingan yang menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat berbagai pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri.

f) Ruth Strang, bersama dengan beberapa pengarang lain mengembangkan pandangan yang dewasa ini dikenal sebagai Eklektisisme. Pandangan ini lebih menyangkut pelayanan bimbingan melalui wawancara konseling. Eklektis berarti memilih yaitu memilih diantara teori, metode dan teknik yang telah dikembangkan, yang paling sesuai dengan kebutuhan konseling tertentu serta paling cocok untuk diterapkan dalam mengatasi masalah tertentu.

g) Kenneth B. Hoyt, mendeskripsikan model bimbingan yang mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa dijenjang pendidikan dasar dan menengah.

h) Wilson Little dan A.L. Chapman, mengembangkan model bimbingan yang dikenal dengan nama Developmental guidance. Model ini menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam seluruh aspek pada perkembangan mereka. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan persevaratif, serta melayani siswa melalui bimbingan belajar, bimbingan jabatan, dan bimbingan pribadi.

i) Chris D. Kehas,mengembangkan model bimbingan yang dikenal sebagai Guidance as personal development. Model ini tidak menekankan bentuk, jenis, atau ragam bimbingan tertentu dan pula tidak mengutarakan komponen bimbingan tertentu, melainan mengeksplisitkan fungsi dasar bimbingan disekolah.

j) Raplh Moser dan Norman A. Sprinthall, mereka ikut mengmbangkan lebih lanjut pandangan kehas tentang bimbingan sebagai personal development. Ditekankan supaya sekolah diberikan pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut pengembangan nilai-nilai hidup dan sikap-sikap.

k) Julius Menacker, mengembangkan model bimbingan yang mengusahakan penanggulangan segala gejala pemberontakan yang tampak dalam tingkah laku para siswa disekolah-sekolah yang terletak dalam daerah/bagian kumuh dikota besar.

2. Pola-Pola Dasar Pelaksanaan bimbingan.

a. Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan bahwa seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa.

b. Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir dan konseling.

c. Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus, dalam rangka suatu kursus bimbingan.

d. Pola relasi-realsi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan, bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain.

Pola – pola dasar itu masih dapat dikombinasikan dengan beberapa pendekatan atau strategi dalam pelayanan bimbingan. Robert H. Mathewson (1962) membedakan 7 pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing merupakan suatu kontinum yang bipolar. Tujuh kontinum adalah sebagai berikut :

a) Edukatif versus direktif

b) Kumulatif versus pelayanan pada saat-saat kritis

c) Evaluasi diri versus evaluasi oleh orang lain

d) Kebutuhan individu versus kebutuhan lingkungan

e) Penilaian subyektif versus penilaian obyektif

f) Komprehensif versus berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja

g) Koordinatif antara tenaga yang sederajat versus spesialistik dengan bantuan dari beberapa orang lain.

B. Jenis-Jenis Bimbingan

Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandangan tertentu. Jadi istilah jenis bimbingan dan macam bimbingan menunjuk pada cara tertentu untuk mengedakan penggolongan berdasarkan sudut pandangan tertentu.

1. Bentuk-Bentuk Bimbingan

Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan. Bilamana siswa yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan individual dan bimbingan perseorangan. Bilaman siswa yang dilayani lebih dari satu orang maka digunakan istilah bimbingan kelompok, entah itu kelompok kecil, agak besar, atau sangat besar.

2. Sifat-Sifat Bimbingan

Istilah sifat bimbingan menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan.

Maka yang harus ditinjau ialah apa yang menjadi tujuan utama dalam kegiatan bimbingan yang direncakanan dan diselnggarakan oleh tenaga bimbingan. Bilamana tujuan utama adalah mendampingi siswa dan mahasiswa supaya perkembangannya berlangsung seoptimal mugkin digunakan istilah bimbingan persevaratif dan bimbingan developmental. Bilamana tujuan utama adalah membekali siswa dan mahasiswa agar lebih siap menghadapi tantangan dimasa datang dan dicegah timbul masalah yang serius kelak kemudian digunaka istilah bimbingan preventif atau bimbingan pencegahan. Bilamana tujuan utama adalah membantu siswa dan mahasiswa dalam mengoreksi perkembangan yang mengalami salah jalur digunakan istilah bimbingan korektif atau bimbingan penyembuhan. Bila ditekankan unsur kelanjutan dari bimbingan koreksi digunakan istilah bimbingan pemeliharaan.

3. Ragam-ragam Bimbingan

Terdapat tiga ragam bimbingan yang masing-masing akan diuraikan dibawah ini :

a. Bimbingan Karir

Bimbingan karir ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap mengaku jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang te;ah dimasuki.

b. Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesuakaan yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

c. Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

C. Perencanaan Program Bimbingan

1. Komponen-Komponen dalam Program Bimbingan

Terdapat beberapa komponen dalam program bimbingan yang mengandung pelayanan bimbingan langsung kepada siswa

a. Pengumpulan data.

b. Pemberian informasi.

c. Penempatan.

d. Konseling.

e. Konsultasi

f. Evaluasi program.

2. Perencanaan Kegiatan-Kegiatan Bimbingan

a.Persiapan program bimbingan. Inti dari semua kegiaan pemimbing adalah pelayanan yang diberikan kepada para siswa dan kepada rekan tenaga pendidik serta kepada orang tua siswa dan evaluasi program.

b. Pengumpulan data. Tidak semua subbutir harus dilaksanakan tergantung dari kebutuhan.

c. Pemberian informasi. Tidak semua subbutir harus dilaksanakan tergantung dari kebutuhan.

d. Penempatan. Sampai berapa jauh subbutir dilaksanakan tergantung dari kebutuhan dijenjang dan jenis pendidikan tertentu.

e. Konseling. Wawancara konseling dapat berlangsung antara konselor sekolah dengan satu orang siswa atau dengan beberapa siswa.

f. Konsultasi. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga-tenaga pendidik yang lain dan kepada orang tua siswa.

g. Evaluasi program bimbingan

h. Pertemuan staf bimbingan. Beraneka kegiatan yang diikuti oleh seluruh anggota staf bimbingan

i. Hubungan dengan instansi pendidikan masyarakat

D. Program Bimbingan di Berbagai Tahap Pendidikan Sekolah

1. Taman Kanak-Kanak

2. Sekolah Dasar

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

5. Perguruan Tinggi

sumber :

Winkel, W. S & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar