A. Kaitan merangkai bintang dari lima tusuk sate dengan landasan filosofis pendidikan
Filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam terhadap kebijaksaan, cinta dan kearifan. Berfilsafat adalah berpikir tetapi tidak semua berpikir merupakan filsafat. Terdapat tiga ciri dalam berfilsafat, yaitu radikal, sistematis, dan universal.
Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur, harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada di alam semesta, tidal sepotong-sepotong. Sama halnya dengan pendidikan yang harus dipahami secara menyeluruh dengan mengetahui dan memahami tujuan akhir dari pendidikan. Demikian juga dalam merangkai lima tusuk sate menjadi bintang, jika kita melihat rangkaian bintang ke dalam potongan-potongan atau bagian-bagian maka yang kita lihat adalah tusuk sate, tetapi jika kita melihat keseluruhan maka yang kita lihat adalah bintang.
Dalam kegiatan merangkai bintang dengan lima tusuk sate digunakan ketiga ciri dari berfilsafat. Yang pertama berfikir radikal, setiap anggota kelompok memikirkan bagaimana caranya agar kelima tusuk sate tersebut bisa dirangkai menjadi bintang, apa yang harus dilakukan dan kenapa harus dilakukan. Yang kedua berfikir sistematis, dalam menyelesaikan rangkaian bintang seluruh anggota kelompok merangkai bintang dengan langkah-langkah dan urutan agar lima tusuk sate tersebut dapat membentuk sebuah bintang. Yang ketiga adalah berfikir universal, setiap anggota memikirkan bagaimana caranya agar kelima tusuk sate dapat dibentuk menjadi sebuah bintang yang tidak hanya berbentuk bintang tetapi juga bagaimana supaya bintang menjadi rapi.
B. Kaitan merangkai bintang dari lima tusuk sate dengan landasan psikologis dalam pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa tingkah laku diklasifikasikan Bloom dan kawan-kawan ke dalam tiga kemampuan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam merangkai bintang yang behubungan dengan kategori kemampuan kognitif adalah:
1. Mengetahui: setiap anggota kelompok mengetahui tugas apa yang diberikan
2. Memahami: setiap anggota kelompok memahami tugas apa yang diberikan dan bagaimana menyelesaikannya
3. Menerapkan: anggota kelompok menerapkan langkah-langkah yang akan dilakukan
4. Menganalisi: anggota kelompok menganalisi bagaimana langkah-langkah yang diterapkan dapat dilaksanakan
5. Mensintesis: anggota kelompok merangkai bintang sesuai dengan analisis yang telah ditetapkan
6. Mengevaluasi: setiap anggota kelompok mengevaluasi apakah langkah-langkah yang sudah ditetapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kaitan dengan kemampuan Afektif:
1. Menerima: setiap anggota kelompok memperhatikn apa yang harus dilakukan, memperhatikan ide dari setiap anggota.
2. Menanggapi: setiap anggota ikut berpartsispasi dalam merangkai bintang
3. Menghargai: mengahargai setiap ide dan usaha yang telah dilakukan masing-masing anggota
4. Membentuk: menyatukan ide-ide yang ada sehingga tusuk sate dapat dirangkai menjadi bintang
5. Berpribadi: setiap anggota mengendalikan perbuatan dan sikap agar potongan-potongan tusuk sate dapat dirangkai dengan baik.
Kaitan dengan kemampuan psikomotorik:
Dalam kegiatan merangkai tusuk sate menjadi bintang dibutuhkan gerakan tubuh yang berkoordinasi dengan saraf otot yang bersifat sederhana dan bersifat kasar menuju ke gerakan yang menuntut koordinasi saraf yang lebih kompleks dan besifat lancar.
Adanya klasifikasi kemampuan ini dapat membantu guru dalam menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan langkah berikut. Begitu juga dalam merangkai tusuk sate menjadi bintang. Langkah-langkah tersebut dapat menjadi acuan dalam proses belajar mengajar ataupun proses merangkai bintang.
C. Kaitan Kaitan merangkai bintang dari lima tusuk sate dengan landasan sosiobudaya dalam pendidikan
Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang saling berinteraksi, saling tolong menolong ingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri, hidup dalam kebersaman dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk sosial dikarenakan dua faktor yaitu:
1. Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya. Setiap manusia memerlukan pertolangan bahkan semenjak masih bayi sampai dewasa. Kedewasaan merupakan tujuan akhir yang mungkin dicapai, karena itu manusia belajar sampai akhir hayatnya. Dalam merangkai tusuk sate kebentuk bintang juga diperlukan bantuan dan kerjasama dari sesama anggota kelompok.
2.
Sifat adaptibility dan intelegensi. Manusia memiliki potensi untuk menyesuaikan diri, meniru, beridentifikasi, serta mampu mempelajari tingkah laku, dan mengubah tingkah laku. Dalam merangkai tusuk sate menjadi bintang setiap kelompok mengidentifikasi di mana letak kesalahan dan mengapa hal itu terjadi, kemudian memperlajari bagaimana agar tusuk sate dapat dirangkai menjadi bintang.
sumber: Salam, Burhanuddin.
Pengantar Paedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik). PT. RINEKA CIPTA, JAKARTA:2002.
Diselesaikan di Medan, 17 Februari 2010, pada jam 23.56 wib